Jumat, 18 Januari 2013

19 Januari 1967 : Menanam Cinta di Hari Pertama


Oleh : Bambang Haryanto 1b2a3b
Email : wonogirikita (at) gmail.com


Bicaralah kepada wanita. "Otak perempuan itu penuh misteri, apalagi dalam keadaan seperti ini. Kau harus memberinya perhatian secara penuh. Mengajak mereka bicara, secara cerdas dan serius. 

Belai mereka. Ingat kehadirannya, mereka itu hidup dan mereka itu penting bagi kita. Itulah satu-satunya terapi. Saya tahu berdasar pengalaman."

Dialog itu disampaikan oleh tokoh Benigno Martín yang diperankan oleh bintang film dan televisi Spanyol bernama Javier Camara (foto, kanan) dalam film Talk to Her (2002) karya sutradara  kharismatis Pedro Almodovar. 

Ini film indah tentang terpilinnya kehidupan empat orang dalam adonan obsesi, cinta, persahabatan dan rasa putus asa. Titik sentralnya bagaimana dua orang pria, wartawan dan dokter, berusaha berkomunikasi dan berinteraksi dengan wanita-wanita tercintanya, matador perempuan dan penari balet muda, yang keduanya berada dalam kondisi koma.

Apa kaitannya dengan diri kita ?
Secara langsung tidak ada.

Hanya saja aktor Javier Camara itu lahir di Albelda de Iregua, La Rioja, Spanyol, bertepatan dengan saat kaki-kaki kita pertama kali menginjak ruang kelas satu di SMP Negeri 1 Wonogiri. Tanggalnya 19 Januari 1967. Harinya, Kamis. 


Pada hari yang sama di belahan dunia lain, di Inggris, kelompok musik The Monkees menempatkan lagunya I’m A Believer sebagai lagu nomor wahid di tangga-tangga lagu pop Inggris. 

Hari itu pula di Studio Two, EMI Studios, Abbey Road, kelompok The Beatles sedang merampungkan nomor terakhir dari album Sgt Pepper's Lonely Hearts Club Band untuk lagu  A Day In The Life yang memerlukan take sampai empat kali.

Kembali ke sekolah kita. Hari itu adalah tepat hari ulang tahun dari teman kita Sri Hastuti 1c2a3d, teman satu kelas di kelas dua dengan saya. Kelahiran Sukoharjo, 1953. Putri dari Mardiwiryono, pegawai Kecamatan Wonogiri.

Tinggalnya di Kajen, Giripurwo, Wonogiri. Sekampung dengan saya. Tetapi maafkan aku , Sri Hastuti, saya butuh bantuan banyak teman agar saat ini saya bisa mampu kembali mengingat dan mengenalimu.

”Di mana pun kini kau berada, temanku Sri Hastuti, saya ucapkan selamat hari ulang tahun. Kau beruntung, memiliki dua momen bersejarah dalam hidupmu. Semoga rahmat Tuhan senantiasa melimpahi hidupmu.”

Pertemanan jangan dilupakan. Tanggal 19 Januari 1967 itu, tentu saja, banyak dari kita alumni Angkatan (lulus) 1969 yang melupakannya. Saya juga lama sekali melupakannya. Barulah pada tanggal 6 Agustus 2012,  ketika saya mampu memperoleh data murid SMP Negeri 1 Wonogiri Angkatan 1969, tanggal itu muncul di radar perhatian.

Muncul pula gagasan di kepala saya untuk mengadakan upacara kecil untuk sekadar memperingatinya. Bersama teman-teman yang masih bisa dijangkau, yang berdomisili di Wonogiri.  Untuk itu saya mencoba menjual gagasan berikut ini kepada teman-teman :

“Pagi, Niniek. Minta pendapatmu. Tgl 19 Jan 1967 adlh hr resmi pertama kita msk di SMPN1. Aku usul dijdkan ultah A69. Ok ? Oh ya, sepatumu pas SMP spt yg kuingat, bener ga ? “ (SMS saya ke Niniek Endang Wuryani 1a2c3a, Kamis, 17 Januari 2013 : 09.59.42).

Niniek (foto) berbaik hati menjawab : “Trus nek dadi ultah e A 69, arep di piyekke meneh klanjutannya kan aq ra ngerti mBang, jd sebaiknya anda aja yg bikin acara n rncana atau proposal, mengko di rembug bareng2 karo ketuane jg.” (Balasan Niniek Endang Wuryani, Kamis, 17 Januari 2013 : 10.33.24).

“Tks, Nik. Aku se7 sm alur pikirmu. Ttp krn tgl 19 itu 2 hr lg, qta tdk bs adakan acr besar. Kita bs urunan, bkn acr potong tumpeng + berdoa di PDnya mBak Darini. OK ? “ (Ke Niniek, Kamis, 17 Januari 2013 : 10.59.08).

“Pagi, Dewo. Minta pendapatmu. Tgl 19 Jan 1967 adlh hr resmi pertama kita masuk di SMPN1. Aku usul tgl itu dijdkan ultah A69. Kl se7 mohon  kabar2 ke teman2 ya. Ada ide ? “(Ke Sugeng Sudewo 1a2c3a, Kamis, 17 Januari 2013 : 11.04.58).

“Pagi, mBak Rini. Tgl 19 Jan 1967 adlh hr resmi pertama kita masuk di SMPN1. Sy usul tgl itu dijdkan ultah A69. Kl se7 sy ajak tmn2 urunan potong tumpeng di PD Anda.”(Ke Sri Sudarini 1b2c3b, Kamis, 17 Januari 2013 : 11.09.55).

Balasan mBak Sri Sudarini (foto), bukan main : "Mas maaf baru diblas tadi lagi didpr mask. Klo ultah 69 monggo aja diatur tapi jangan siang saya ada cooking class di Lorin. Jadi bisanya mlm, klo jadi tlng bsk udh ada kepastian biar saya bisa siapin tmpng nya. Klo saya mau diksh buku senang sekali cmn klo disrh mlh itu yg bingung krna blm tau jadi yg mana aja. Klo hari ul tah wah saya lupa he..he…jangan marah ya." (Kamis, 17 Januari 2013 : 13.42.30).

Matur nuwun, mBak Rini. Saya juga kirim sms ke Sri Hadi “Gembong” Pramono (foto) di Jakarta dan E. Liliek Dwi Sularyanto. Gembong baru membalas kemudian, tapi balasan dari Liliek menarik untuk kita perhatikan :

“Wah ini tadi saya iseng2 dikantor buka2 blog anda. Dan mau komen sdh keburu diajak istirahat siang teman2. Prinsip saya setuju Ikasari 69 dikelola lagi secara baik, tapi usulan kami mengingat banyak teman2 yg diberi talenta scr professional, alangkah baiknya kita bisa membuat program usulan untuk kemajuan daerah. 

Kita hubungi teman2 spt Nurdin, Edi Darmojo, dll. Untuk program yg sifatnya hura2 cukup diserahkan sama ahlinya saja. Tks.” (Kamis, 17 Januari 2013 : 11.54.43).

Pendapat yang merangsang untuk kita fikirkan. Tidak mudah bagi saya pribadi untuk menjawabnya. Karena kegiatan alumni itu bisa sangat beragam, luas dan bukan kegiatan yang remeh. Misalnya dari hal berorganisasi guna mengurus interaksi antarwarga alumni itu sendiri, berkegiatan untuk sekolah kita yang lama, sampai berkiprah untuk masyarakat luas. Saya menemukan rujukan untuk bisa kita jadikan perbandingan : disini, disini dan disini.

“Tks, Mas Liliek. Smg kelak sy bs ikut bantu2 realisasi program2 Ikassari, semampu saya lho. Kl brkenan slkn email agr bs sy pajang di blog sederhana+hura2 itu. Salam.” (Dari Bambang Haryanto, Kamis, 17 Januari 2013 : 12.07.38).



Gagasan untuk kita semua. Terima kasih untuk atensi teman-teman tersebut. Ide mengadakan acara tumpengan untuk mengisi perayaan ulang tahun kita saat pertama kali masuk sekolah 46 tahun yang lalu itu memang gagal. Semua itu terjadi karena kenaifan dan kesalahan saya.

Rookie mistake. Kesalahan pemula. Oleh Niniek yang Bu Lurah A69, dalam beberapa interaksi,  memang saya sering dia sebut sebagai novice atau orang baru dalam blantika interaksi Alumni 69 di Wonogiri. Dan itu memang benar adanya. 

Kilas balik : Saya baru bergabung saat berlangsungnya reuni mini di Pondok Dahar Tidar Raos, 22 Agustus 2012. Gembong yang menarik-narik saya. Aktivitas  terakhir bersama teman-teman A69 baru terjadi tanggal 13 Januari 2013. Ketika itu di hari Minggu pagi, pada menit-menit terakhir, saya ditelepon Niniek untuk ikut tur dan menjadi tukang foto aktivitas sebagian A69 untuk  tilik rekan kita Hajariati Mufidah 1b2d3a di Plumbon, dekat Bekonang, Sukoharjo. Kakak ipar dari teman kita Rosyid Wibowo 1c/2c/3c itu menjalani pemulihan dari sakit strokenya.

Apakah dalam tur yang pertama kali saya ikuti itu saya lulus sebagai orang baru ? Anggota senior komunitas A69 Wonogiri, Sri Djarwaningsih (foto) yang menjadi guru klas VI SD Negeri 2 Giripurwo di Wonokarto (saya pernah mengunjungi sekolahnya, 3 November 2012), menulis komentar lewat sms : 
 

“Satu : Untuk keserasian itu tergantung. Untuk kelulusan, kalau boleh aku jadi tim penilai, Anda LULUS dgn kategori B+ . Mngp? Dr pengalaman acr bareng2 Anda paling tdk pernah dicerca. Justru sebaliknya. Karena semua ngerti Anda “genius” dalam tampilan pola pikir dan pola bicara mantap.” (Kamis, 17 Januari 2013 : 18.38.55.) 

Bu guru anggun, bijak dan kalau bicara senantiasa terukur ini rupanya sedang berhiperbola. Anda tahu mengapa saya mendapatkan sebutan “genius” itu ? Karena saya telah menyuap Niniek dan ibu guru yang hobi membaca ini dengan buku yang menjadi koleksi Library of Congress di AS ini. 

Begitulah, ide ketemuan untuk tumpengan, gagal. Tak mengapa. Namun tetap banyak hal yang membahagiakan saya. Karena berkat penemuan tanggal itu saya tergerak mengontak lagi banyak teman. Ikhtiar kecil itu adalah upaya saya agar pertemanan antara kita itu, entah dengan cara apa, menjadi tidak terbengkalai dan menjadi terlupakan.



Mencari cara lebih baik. Esensi dan niatnya tetap dan tidak berubah. Yaitu upaya mengenang kembali sejarah yang terjadi tanggal 19 Januari 1967 itu. Tetapi kini dicarikan cara yang lebih luwes, lebih rada-rada kreatif dan terjangkau oleh semua alumni di mana pun mereka berada. 

Yaitu ajakan pesta berkirim-kiriman SMS berupa salam antarkita di hari Sabtu ceria itu. Untuk menandai di hati masing-masing mengenai peristiwa yang terjadi dalam hidup kita 46 tahun yang lalu itu.

Ajakan pertama saya kirimkan kepada rekan Bambang Purnomo Untung Sabdodadi 1c2a3c (foto, kanan). Di Wonogiri ia terkenal sebagai wartawan senior daerah untuk harian Suara Merdeka.

Dia teman sekelas saya di 2a. Tahun 1975-an saya dan dia pernah melakukan perjalanan jurnalistik ke Tirtomoyo. Saat itu Indonesia heboh tentang bodem corrector, suatu “bangunan ajaib” di tengah tegalan gersang. Konon dari bangunan itu mampu memancarkan sinar berkualitas tertentu yang mampu membuat tanaman sekitarnya menjadi subur.

Saat kami berkunjung, hal sebaliknya yang tersaji. Ini jelas hoax, pikir kami. Bambang Pur kemudian menulis untuk korannya, saya menulis laporan panjang untuk majalah Variasi, Jakarta. Isu
bodem corrector itu lalu lenyap ditelan waktu dan sejarah.

Ketemuan saya yang berikutnya cukup bersejarah. Karena terjadi di komplek sekolah kita, SMP Negeri 1 Wonogiri (foto). Ketika itu bupati Danar Rahmanto (A 1981) yang baru saja terpilih dan siswa-guru SMPN 1 atas prakarsa Mayor Haristanto (adik saya) mengadakan acara temu wicara di aula sekolah kita. Usaha bernostalgia, tidak maksimal. Karena bangunan klas saya yang 1b sudah musnah, kelas 3 b juga demikian, saya hanya bisa melongoki dari luar klas 2a saja saat itu.

Hari Kamis, 17/1/2013, saya dapat rejeki nomplok lagi. Kebetulan kami ketemuan di pasar. Kami sempat mengobrol tentang rekan kita Hajariati Mufidah 1b2d3a yang sedang menjalani pemulihan sakit strokenya. Saya meminta kartu namanya (yang lama ketlisut) dan saya sorenya mengirimkan sms sebagai berikut kepadanya :

"Tgl 19 Jan 1967 adalah hr resmi pertama kita msk di SMPN1. Mr dijdkan ultah A69. Kl se7 mohon say hello pd hr itu ke teman2 A69 yg msh Anda kenal hg saat ini :-)." (Kamis, 17 Januari 2013 : 16.22.02).

Bambang Pur membalas singkat : Ok.
Matur nuwun, Mas Pur.

SMS yang sama segera saya kirimkan kepada 16 teman lainnya yang meliputi  : Eddy Darmodjo,  E. Liliek Dwi Sularyanto, Gatot Sasongko, Muhammad Hasyim, Muhammad Nurdin, Niniek Endang Wuryani, Pranoto, Singgih Sisworo, Sri Djarwaningsih, Sri Hadi Pramono,  Sri Harno, Sri Ruwanti (foto), Sri Sudarini, Sugiyatno, Sugeng Sudewo  dan Tjipto Katpardiatmo.

Hari Jumat (18/1/2013) terkirim SMS 6 teman lainnya, kepada : Bambang Sadoyo, Hajariati Mufidah, Kustati Srihariti, Sri Purwanti, Sutarmi dan Widodo. Untuk  hari Sabtu (19/1/2013)  saya kirimkan sms ke Rosyid Wibowo.

Melalui Facebook saya ceritakan selintas sejarah 19 Januari 1967 itu kepada Yesiana Arimurti dan Nur Hanafi Rosly. Yesiana adalah putri dari almarhumah rekan kita Sri Winarti dan almarhum Jiyono. Sedang Nur Hanafi Rosly adalah putra dari Hajariati Mufidah. Kebetulan keduanya menjadi teman saya di Facebook.

Dari Jakarta pada hari Sabtu (19/1/2013) saya memperoleh kabar bagus dari Sri Hadi “Gembong” Pramono. Ia telah berbaik hati berbagi kabar mengenai gagasan hari ulang tahun angkatan kita itu ke banyak teman. Daftar nama yang dikontak Gembong meliputi :

Bagyo, Eddy Darmodjo,  Edi Nugroho,  Gunadi (Laksamana Madya AL),  Rudini, Singgih Sisworo, Sri Djarwaningsih,  Sri Hargyanto, Sri Harno,  Sugeng Sudewo,  Tjipto Katpardiatmo, Urip Budiono, Widodo dan Widodo Setyobudi.

Adanya nama yang saling saling tindih dengan daftar yang saya miliki, tidak menjadi masalah. Itu hanya menunjukkan hasrat kita untuk berbagi. Matur nuwun, mBong

Komentar menawan. Terima kasih untuk beberapa rekan yang telah berkenan  memberikan umpan balik. Selain Bambang Pur di atas, tercatat beberapa teman yang telah berbaik hati. Ada yang singkat dan ada juga yang kaya warna seperti yang dikirimkan oleh Muhammad Hasyim.

Inggih nwn.”
(Pranoto, Kamis, 17 Januari 2013 : 16.39.51).

“Ok.”
(Eddy Darmodjo, Kamis, 17 Januari 2013 : 16.45.51).

“Yoi…se7.”
(Dari Sri Ruwanti,Kamis, 17 Januari 2013 : 16.49.15).

“OK teman, ide bagus. Thanks. Pagi juga mas Bambang, aku juga bersyukur pisah sekian lama sama temen2 ketemu masih spt yg dulu. Moga tetap terjalin mesra diantara kita semua.” (Sri Purwanti,foto, Jumat, 18 Januari 2013 : 19.58.50 & Sabtu, 19 Januari 2013 : 09.09.22).

Bravo angkatan 69 SMPN 1 Wonogiri, sy salut msh ingat hari2 penting, tks kami diingtkn ke memory masa lalu, sukses selalu walaupun kita2 semua sdh menginjak usia tua, ttp semangat msh tinggi.” (Muhammad Hasyim, Kamis, 17 Januari 2013 : 19.10.07).

“sorri mBang, wingi aku asyik nonton seputar banjir Jkt, usulmu aku setuju banget.. jadi ultah A69 kita tetapken tg 19 Januari.” (Sri Hadi Pramono, Jumat, 18 Januari 2013 : 06.16.16).

Saya tambah bergembira ketika nama Gunadi muncul dalam smsnya Gembong. Di Internet, perjalanan kariernya mudah dilacak dan menerbitkan kebanggaan. Ketika sama-sama duduk di klas 1b, saya agak dekat berteman dengan Gunadi. Selain Sri Harno, ia juga terampil bermain sepakbola. 

Tak jarang saya main ke tempat kos Gunadi, yang tidak lain adalah satu rumah dengan Budiman Joko Waluyo 1a, di Juranggempal. Putra dari Bapak Siswotrepsilo, guru SD di Selorejo, Girimarto, nampaknya masih punya hubungan famili dengan rekan kita (yang suka gojek), almarhum Budiman tersebut.

SMS Gembong berbunyi : “mBang, iki sms soko Gunadi (foto) ‘Mas Gembong posisi dimana ? Terima kasih infonya, sangat menyentuh. Beberapa bulan lalu saya dengan istri mampir nostalgia di sekolah kita dulu.’  Akeh sing tak sms hari ini, dg tanggapan senada, pokoke setuju mBang. “(Sri Hadi Pramono, Sabtu, 19 Januari 2013 : 18.32.01).

“Ya syukurlah mBang, respons bgs dr tmn2 luar Wng, tp dr tmn2 Wng sendiri bnyak yg stuju apa cuek ? Tp memang benar bahwa si perantau itu pasti lebih tersentuh dan sensitif dgn kmpng halaman dan ms lalu, terusin mBang, ide2 mu yg brilian tntang kwn2 sklah kt, aq slalu support.” (Niniek Endang Wuryani, Sabtu, 19 Januari 2013 : 20.03.23).

“Maturnuwun senggolannya. Sy rosyid wibowo-1c2c3c, selain warga mandungan, kt ingat sama2 dr kajen wng. Salam. (Sabtu, 19 Januari 2013 : 21.18.54).”

Tak terlupakan. Apa sesudah ini ? Saya sendiri tidak tahu. Mungkin juga akan tidak ada apa-apa. Bagi saya, itu semua tidak menjadi masalah yang perlu dirisaukan. 

Tanggal 19 Januari 1967 memang sudah terlalu lama untuk bisa dibangkitkan kembali secara jelas dalam ingatan kita. Sebagian besar wajah-wajah teman bersekolah kita jaman itu juga sudah sulit untk dikenali dalam layar kenangan.

Tapi toh tetap ada hal-hal tertentu yang istimewa dalam ingatan. Misalnya, sepedanya Widodo "Dodik" Setyobudi (foto) yang berbunyi cik-cik. Gembong ingat hal serupa :  sepedanya Suprapto juga berbunyi cik-cik

Iseng-iseng saya menebak bentuk sepatunya Niniek yang tidak memiliki tutup tumit selain tali kulit pengencang. Hari ini si pemilik sepatu itu 46 tahun kemudian membenarkannya.

Hal lain yang lebih penting, misalnya tentang nyanyian atau pun isi pesan mars SMP Negeri 1 Wonogiri, terus terang justru saya sudah lupa. Saya beruntung berteman dengan Kustati Srihariti dan Sri Djarwaningsih.
Ketika kami tur untuk tilik rekan kita Hajariati Mufidah di Plumbon, Sukoharjo, di dalam mobil yang disetir Sri Sudarini, keduanya masih mampu menyanyikannya dengan baik.

Kemampuan keduanya seperti mengingatkan dialog dalam film Talk to Her (2002) tadi, betapa otak perempuan itu misteri. Termasuk misteri yang terkuak ketika saya mampu melihat Niniek tergelak-gelak dengan ceria ketika diingatkan masa lalu yang indah. Waktu pun segera melesat ke masa lampu, masa yang mudah mengingatkan diri kita ketika ia menjadi primadona saat kita bersekolah dulu.


Kita dalam koma ? Selain potongan kisah-kisah manis di atas, dengan mengambil tamsil film Talk to Her (2002) pula, secara gegabah dan sembrono saya berani mengibaratkan betapa alumni angkatan kita itu sebagai perempuan cantik yang sedang dalam keadaan koma. 

Sesekali dirinya tersadar seperti ditunjukkan dengan penyelenggaraan reuni di tahun 1999 dan 2003. Aktivitas yang patut diapresiasi. Atau pelbagai kegiatan humanistik yang dijalani sebagian kecil warganya. Tetapi potensi besar dan menawan yang berada di dalam dirinya belum sepenuhnya tergali dan muncul. Bahkan untuk menyapa atau berinteraksi dengan adik-adik kita yang masih belajar atau pun angkatan lain, sampai saat ini masih sebagai angan-angan belaka.

Kita masih berorientasi ke dalam. Itu pun juga tidak mulus. Saya sebagai orang baru, yang terbiasa bergaul dalam budaya Internet yang postocracy, harus pandai-pandai mlipir atau meniti buih dalam upaya meng-golkan gagasan. Di Internet, Anda tahu, Anda dinilai peselancar lain berdasar postingan Anda. Utamanya ide dan cara penyampaiannya. Pangkat, kekayaan, sampai status sosial yang mem-posting pesan itu tidak penting.

Tetapi di dunia interaksi antaralumni, budaya postocracy mungkin belum jalan. Untuk sukses ide harus dijalankan dengan angon ulat dan mampu menemukan titik-titik power yang relevan. Beberapa gagasan humanistik, misalnya merayakan ulang tahun teman yang sedang dalam keadaan sakit, untuk sukses rupanya harus melalui koridor power game yang delicate, yang tidak nampak tetapi menentukan.

Apakah kita sesama alumni sudah memupuk rasa saling peduli ? Bahkan secara teknologi dan biaya sangat memungkinkan, seperti pengiriman sms yang begitu murah dan gampang, ajakan untuk sekadar mengucapkan selamat ulang tahun kepada teman lama, juga bukan sebagai hal yang otomatis dan mudah terlaksana.
Untuk semua itu memang saya harus melalui beberapa kesalahan untuk bisa menuju kebaikan.

Dunia yang kini imperatif sebagai dunia yang tersambungkan oleh Internet, juga belum kita manfaatkan. Beberapa teman yang saya lacak dan ternyata memiliki akun Facebook, ternyata mangkrak pemanfaatannya. Padahal media-media sosial di Internet itu mampu menjadi sarana reuni dan diskusi yang baru dan menyenangkan bagi kita semua. Karena reuni di dunia maya itu praktis bisa dilakukan setiap harinya. 

Adalah seorang pakar kesehatan holistik lulusan Universitas Harvard, Andrew Weil, pernah bilang bahwa perasaan bisa saling terhubung itu merupakan faktor utama bagi kesehatan dan kesejahteraan jiwa kita. Belum lagi potensi kehadiran kita di dunia maya menjadi monumen yang "abadi." Sekali kita memberikan kontribusi, dokumen dan pesan yang terekam di dunia maya itu secara teoritis mampu memberi manfaat kepada dunia. Nama kita pun, juga angkatan alumni kita, menjadi abadi karenanya.


Masih ada waktu untuk mengubah keadaan. Dengan cara saya sendiri, saya mencoba melakukan apa yang saya bisa. Terus bicara dan bicara, juga membelai, sambil mengharap perempuan cantik A69 itu bisa segera bangkit dari kondisi komanya.

Ada harapan tersembul. Semoga panggilan "bakti pada pertiwi" yang tergores dalam mars sekolah kita itu masih mampu menggetarkan nurani kita. Minimal dengan berbuat atau peduli dengan teman kita yang lain, sehingga kita semakin menghayati transformasi nilai-nilai yang terjadi pada diri kita pada tanggal 19 Januari 1967 itu pula. 


Itulah hari pertama kita menanam cinta. 
Untuk sekolah kita. Untuk para guru-guru kita. 
Untuk teman-teman kita, yang masih bersama kita, atau pun mereka yang telah mendahului kita. Untuk Wonogiri kita. Untuk Indonesia kita.  Cinta kita itu tak akan terhapuskan sepanjang jaman.


SMP Negeri di Wonogiri
Nyata harum namamu
Tampaklah jasamu yang besar
Karna semua usahamu
Menuju rakyat sempurna sejati
Taman pendidikan
Membimbing menempa perisai kita
Harapan Nusa bangsa

Reff :
Bahagia jaya
Kota Gandul yang permai
Bangga megah meninggi
Rakyat merasa.

Terus kan langkahmu
Guna mencapai
Cita-citamu yang suci dan murni
Bakti pada Pertiwi.


Wonogiri, 19-21 Januari 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar