Oleh : Bambang Haryanto
Klas 1b2a3b
"The best antiques to collect are old friends."
- Unknown
"Friendship... is not something you learn in school.
But if you haven't learned the meaning of friendship,
you really haven't learned anything."
- Muhammad Ali
"Every parting is a form of death,
as every reunion is a type of heaven."
- Tryon Edwards
"You are only young once,
but you can stay immature indefinitely."
- Unknown
"Work hard to bridge the gaps in geography and lifestyle,
because the older you get, the more you need the people
who knew you when you were young."
- Unknown
Bambang Haryanto 1b2a3b
Bambang Purnomo Untung Sabdodadi 1c2a3c
Darmojo 1a
Catatan : Urutan foto berdasarkan abjad. Bagi rekan-rekan yang belum masuk, diharapkan mengirimkan foto bersama syal yang sudah Anda ambil saat acara. Bagi rekan-rekan yang belum memiliki syal, silakan kontak Bambang Haryanto.
Kredit foto : Bambang Haryanto.
Senin, 25 Maret 2013
Rabu, 13 Maret 2013
Mereka, Teman-Teman Kita, Yang Tidak Terlupakan
Oleh : Bambang Haryanto
Klas 1b2a3b
Tetap hadir di tengah kita. Di tengah suasana bergembira dalam bereuni, karena bisa bertemu dengan teman-teman lama, tetap saja ada sesuatu yang terasa hilang. Teman-teman kita ada yang tidak kita temui.
Dalam momen yang membuat air mata kita mudah merebak, karena dibekuk rasa haru dan rasa kehilangan, Sri Djarwaningsih (1a2c3b) telah membawa kita untuk berkontemplasi.
Kita mengenang dan tidak melupakan mereka-mereka, teman-teman kita, yang tidak bisa hadir dalam momen membahagiakan ini. Teks selengkapnya sebagai berikut :
"Pertemuan kembali antar teman lama merupakan kebahagiaan. Tetapi karena sesuatu hal, tidak sedikit teman-teman lama kita yang tidak bisa hadir disini.
Mereka tidak akan kita lupakan.
Termasuk teman-teman yang telah dipanggil Illahi.
Mereka tetap menjadi bagian diri kita terukir abadi dalam kenangan kita.
Aria Nugroho
Ketika kita tidak mampu menjabat tangan
atau memeluk mereka, kita masih mampu
merengkuh mereka dengan doa.
Mari kita berdoa."
Doa kemudian dibacakan oleh rekan Muhammad Hasyim (1a2b3b), didampingi oleh Joko Sunaryo (1d2b3d) dan Widodo Setyobudhy (1e2b3e).
Wonogiri, 14 Maret 2013
Klas 1b2a3b
Tetap hadir di tengah kita. Di tengah suasana bergembira dalam bereuni, karena bisa bertemu dengan teman-teman lama, tetap saja ada sesuatu yang terasa hilang. Teman-teman kita ada yang tidak kita temui.
Dalam momen yang membuat air mata kita mudah merebak, karena dibekuk rasa haru dan rasa kehilangan, Sri Djarwaningsih (1a2c3b) telah membawa kita untuk berkontemplasi.
Kita mengenang dan tidak melupakan mereka-mereka, teman-teman kita, yang tidak bisa hadir dalam momen membahagiakan ini. Teks selengkapnya sebagai berikut :
"Pertemuan kembali antar teman lama merupakan kebahagiaan. Tetapi karena sesuatu hal, tidak sedikit teman-teman lama kita yang tidak bisa hadir disini.
Sri Djarwaningsih |
Termasuk teman-teman yang telah dipanggil Illahi.
Mereka tetap menjadi bagian diri kita terukir abadi dalam kenangan kita.
Teman-teman marilah sejenak kita mengingat mereka.
Akan saya
sebutkan satu-persatu dari data yang kami miliki sampai saat ini.
Aria Nugroho
Budi "Budiman" Joko Waluyo
Dwi Anna Warpindyastuti
Esti Kuswandani
Jiyono
Sardianti
Siti Kusnijatun Hidajati
Sri Ningasih
Sri Wahyono
Sri Winarti
Sudarto
Sukarsih
Sumarno
Suparjadi
Sutarno
Tan Sing Kiat/Eko Hartanto
Toemidjem
Warsito
Yetty Yacomina Setyawati
Yunaningsih Setyawati
atau memeluk mereka, kita masih mampu
merengkuh mereka dengan doa.
Mari kita berdoa."
Doa kemudian dibacakan oleh rekan Muhammad Hasyim (1a2b3b), didampingi oleh Joko Sunaryo (1d2b3d) dan Widodo Setyobudhy (1e2b3e).
Wonogiri, 14 Maret 2013
Selasa, 12 Maret 2013
Jenderal Gunadi, Belajar Sepanjang Hayat
Oleh : Bambang Purnomo
Klas 1c2a3c
Klas 1c2a3c
WONOGIRI,
suaramerdeka.com - Laksamana Madya (Purn) TNI-AL, Gunadi MDA, tampil
menjadi bintang dalam reuni mini lulusan SMP 1 Wonogiri angkatan 1969. Jenderal
berbintang tiga, putra asli Desa Selorejo, Kecamatan Girimarto, Kabupaten
Wonogiri ini, menekankan perlunya belajar sepanjang hayat.
Kepada
semua rekan alumni seangkatannya yang hadir dalam reuni di Pondok Dahar Tidar
Raos Jl Kartini 61, Kedungringin, Wonogiri, diberi hadiah masing-masing dua
buku secara cuma-cuma.
Kedua buku yang dijadikan kenang-kenangan temu kangen tersebut, merupakan karya Bambang Haryanto, yang dulu pernah duduk sekelas dengan Jenderal Gunadi, saat di bangku Kelas 1 B dan 3 B SMP 1 Wonogiri.
Kedua buku ini, telah 'go international' dan dikoleksi perpustakaan terbesar di dunia. Yakni Library of Congress di Amerika Serikat, National Library of Australia, dan perpustakaan Vernon R Alden Library di Universitas Ohio Amerika Serikat.
Kedua buku yang dijadikan kenang-kenangan temu kangen tersebut, merupakan karya Bambang Haryanto, yang dulu pernah duduk sekelas dengan Jenderal Gunadi, saat di bangku Kelas 1 B dan 3 B SMP 1 Wonogiri.
Kedua
buku karya Bambang Haryanto, itu berjudul Komedikus Erektus : Dagelan Republik
Kacau Balau (2010) dan Komedikus Erektus: Dagelan Republik Semangkin Kacau
Balau (2012).
Kedua buku ini, telah 'go international' dan dikoleksi perpustakaan terbesar di dunia. Yakni Library of Congress di Amerika Serikat, National Library of Australia, dan perpustakaan Vernon R Alden Library di Universitas Ohio Amerika Serikat.
''Semoga
karyanya ini mengilhami kita semua, agar kita juga tergerak menulis buku.
Syukur-syukur, tulisan kita mampu menginspirasi adik-adik kita dalam meraih
cita-citanya,'' tandas Gunadi yang mantan Irjen Kementerian Keamanan dan Pertahanan RI
ini.
Kata
Gunadi, semangat belajar dan semangat untuk memberikan keteladanan, tidak boleh
surut. Saya, tambah Gunadi, telah ikut melakukan langkah kecil untuk mendorong
proses belajar seumur hidup bagi warga Wonogiri, dengan membangun Taman Bacaan
Masyarakat (TBM) ''Siswotrepsilo'' di kampung kelahirannya, Desa Selorejo,
Kecamatan Girimarto, Wonogiri.
Kepada
Bambang Haryanto, diberikan pujian sebagai teman SMP yang melangkah maju, yang
tidak hanya suka membaca, tapi juga cerdas dalam menulis. Juga piawai dalam
berkiprah di jaringan internet, dengan menjembatani melalui situs blog di
internet, dengan alamat: http://wng69.blogspot.com.
Kepada
rekan-rekannya yang menjadi kepala sekolah dan guru, diberikan banner (spanduk
mini) dilengkapi foto Gunadi berpakaian dinas jenderal, yang dilengkapi tulisan
pesan tentang dorongan semangat, agar para pelajar bercita-cita setinggi
langit, untuk meraih sukses kehidupan.
Dorongan
semangat senada, juga disampaikan kepada rekan-rekannya yang berwiraswasta dan
membuka bisnis, agar senantiasa lancar dan berkembang.
(Bambang Purnomo / CN19 / JBSM ).
Senin, 11 Maret 2013
Tetap Bergairah Walau 44 Tahun Berpisah
Oleh : Bambang Haryanto
Klas 1b2a3b
We Are Young. Lupakan dulu masalah kolesterol, kadar asam urat tinggi atau naik-turunnya tekanan darah. Itu memang takdir bagi insan berusia mendekati 60-an. Tetapi momen bisa ketemu lagi dengan teman-teman lama, kita serasa menjadi muda kembali. "Bayangkan hal itu. Tidak bisa dinilai dengan apa pun," kata Gunadi, murid 1b2d3b, Laksamana Madya (Purn) TNI-AL, yang ngelengke, sengaja menyempatkan diri untuk terbang dari Jakarta guna mudik ke kota Wonogiri.
Dengan bertemu lagi kita mereguk kebersamaan. Kegembiraan. Sarana untuk berefleksi. Dan tentu saja menikmati gairah hidup, mengais bara api cinta lama yang tak kunjung padam, sekaligus meneguhkan diri betapa kita masih mampu memberikan manfaat bagi sesama. Setiap reuni selalu mengukirkan semangat tersebut. Kita memang menjadi muda kembali !
Keterangan gambar : (Duduk, ki-ka) : Endang Sri Utami, Mastuti, Sri Murtanti, lupa, Sri Wahyuni, Purwatiningsih dan Kustati Srihariti.
(Berdiri, baris pertama) : Sri Sudarini, Sri Sutantini, Jeanne, Sri Djarwaningsih, lupa, Surini, Sugeng Sudewo, Sutarmi, Niniek Endang Wuryani, Sri Hadi "Gembong" Pramono,Sri Ruwanti, lupa, lupa dan Umi Lestari.
(Berdiri,baris kedua) : Widodo "Dodik" Setyobudhy (kelihatan syalnya), Bambang Haryanto, Gunadi, Sugiyatno,Sri "Ipung" Purwanti,Sunarto, Tjipto Katpardiatmo,Sri Hargiyanto (mengacungkan tangan), Pranoto, Rosyid Wibowo, Isro' Michrodi, Darmojo, Muhammad Hasyim, tidak dikenali (hanya kelihatan sedikit).
Wonogiri, 12 Maret 2013
Klas 1b2a3b
We Are Young. Lupakan dulu masalah kolesterol, kadar asam urat tinggi atau naik-turunnya tekanan darah. Itu memang takdir bagi insan berusia mendekati 60-an. Tetapi momen bisa ketemu lagi dengan teman-teman lama, kita serasa menjadi muda kembali. "Bayangkan hal itu. Tidak bisa dinilai dengan apa pun," kata Gunadi, murid 1b2d3b, Laksamana Madya (Purn) TNI-AL, yang ngelengke, sengaja menyempatkan diri untuk terbang dari Jakarta guna mudik ke kota Wonogiri.
Dengan bertemu lagi kita mereguk kebersamaan. Kegembiraan. Sarana untuk berefleksi. Dan tentu saja menikmati gairah hidup, mengais bara api cinta lama yang tak kunjung padam, sekaligus meneguhkan diri betapa kita masih mampu memberikan manfaat bagi sesama. Setiap reuni selalu mengukirkan semangat tersebut. Kita memang menjadi muda kembali !
Keterangan gambar : (Duduk, ki-ka) : Endang Sri Utami, Mastuti, Sri Murtanti, lupa, Sri Wahyuni, Purwatiningsih dan Kustati Srihariti.
(Berdiri, baris pertama) : Sri Sudarini, Sri Sutantini, Jeanne, Sri Djarwaningsih, lupa, Surini, Sugeng Sudewo, Sutarmi, Niniek Endang Wuryani, Sri Hadi "Gembong" Pramono,Sri Ruwanti, lupa, lupa dan Umi Lestari.
(Berdiri,baris kedua) : Widodo "Dodik" Setyobudhy (kelihatan syalnya), Bambang Haryanto, Gunadi, Sugiyatno,Sri "Ipung" Purwanti,Sunarto, Tjipto Katpardiatmo,Sri Hargiyanto (mengacungkan tangan), Pranoto, Rosyid Wibowo, Isro' Michrodi, Darmojo, Muhammad Hasyim, tidak dikenali (hanya kelihatan sedikit).
Wonogiri, 12 Maret 2013
Warisan Angkatan 1969 Untuk Masa Depan
Oleh : Gunadi MDA
Semoga bermanfaat.
Laksamana Madya (Purn) TNI-AL
Klas 1b 2d 3b Angkatan 1969
SMP Negeri 1 Wonogiri
“Self-education is, I firmly believe,
the only kind of education there is.”
- Isaac Asimov (1920-1992).
Isaac Asimov benar. Ketika perkembangan iptek dunia sangat pesat dan bahkan radikal, setiap insan memang dituntut untuk terus belajar. Seumur hidup.
the only kind of education there is.”
- Isaac Asimov (1920-1992).
Isaac Asimov benar. Ketika perkembangan iptek dunia sangat pesat dan bahkan radikal, setiap insan memang dituntut untuk terus belajar. Seumur hidup.
Tanpa belajar dirinya mudah menjadi daluwarsa, tersingkir
dari peluang mengembangkan karier dan bahkan terancam degradasi kualitas
hidupnya. Sayangnya, seperti yang saya amati, pola pikir masyarakat kita masih
teramat praktis.
Masih berlangsung mindset
kepraktisan di masyarakat kita, dimana anak disekolahkan untuk lulus dan
mendapatkan pekerjaan. Setelah bekerja sudah tidak ada keinginan mengembangkan
diri melalui budaya membaca. Minimnya minat baca itu lantaran kesadaran akan
pendidikan dan pembelajaran sepanjang hayat kurang.
Saya ikut melakukan langkah kecil guna mendorong proses
belajar seumur hidup itu bagi warga Wonogiri tercinta. Dengan membangun Taman
Bacaan Masyarakat Siswotrepsilo, di desa Selorejo, Kecamatan Girimarto.
Saya sungguh bergembira, ternyata ada teman SMP kita yang
melangkah lebih maju. Tidak hanya membaca, tetapi juga menulis. Selain mengelola blog sebagai sarana komunikasi angkatan
kita di http://wng69.blogspot.com, isi
blognya yang lain telah diterbitkan sebagai buku.
Teman kita itu Bambang Haryanto. Sama-sama sekelas
dengan saya di 1b dan 3b. Bukunya berjudul
Komedikus Erektus :
Dagelan Republik Kacau Balau (Imania, 2010) dan Komedikus Erektus : Dagelan Republik Semangkin Kacau Balau
(Imania, 2012).
Bukunya itu kini sudah dikoleksi perpustakaan terbesar di dunia, Library ofCongress di Amerika Serikat, National Library 0f Australia dan Perpustakaan
Vernon R. Alden Library di Universitas Ohio, Amerika Serikat.
Saya dengan senang hati, istilahnya bisa njajake kedua buku itu untuk
semua teman-teman satu angkatan 1969 SMP Negeri 1 Wonogiri yang hadir di acara
Temu Kangen 2013 ini.
Semoga karyanya mengilhami kita semua, untuk juga tergerak
menulis buku. Atau bareng-bareng kita menerbitkan antoloji, kumpulan tulisan, berisi
hal-hal menarik, lucu atau pun konyol ketika kita bersekolah dulu.
Syukur-syukur ada juga tulisan yang mampu
menginspirasi adik-adik kita dalam mereka meraih cita-cita yang luhur dan
mulia. Juga sebagai catatan abadi betapa saat bersekolah dulu kita jalani
dengan penuh suka dan duka, sekaligus
banyak pengalaman berharga yang dapat kita wariskan.
Semoga bermanfaat.
Wonogiri, 10 Maret 201
Minggu, 10 Maret 2013
Temu Kangen 2013 Kita Di Media : Semangat Belajar Tidak Boleh Surut
Oleh : Bambang Purnomo
Wartawan Harian Suara Merdeka
Klas 1c2a3c
”Acara temu kangen akan digelar Minggu (10/3), di Pondok Dahar Tidar Raos Jl Kartini 61, Kedungringin, Wonogiri,” kata Bambang Haryanto dari Departemen Kreatif dan Komunikasi kepanitiaan reuni Angkatan 69.
Bambang
berharap pemberitaan ini dapat dianggap sebagai undangan. Salah satu inspirator
acara berbungkus nostalgia ini, adalah Laksamana Madya (Purn) TNI-AL, Gunadi
MDA. Putra asal Desa Selorejo, Kecamatan Girimarto, Kabupaten Wonogiri ini,
memiliki perhatian tinggi terhadap pentingnya budaya membaca dan perlunya
menjalani pendidikan seumur hidup.
Menurut
mantan Inspektur Jenderal (Irjen) Kementerian Pertahanan dan Keamanan, Laksdya
(Purn) Gunadi, saat ini masih terjadi pola pikir kepraktisan di masyarakat.
Yakni, anak disekolahkan, lulus, dan bekerja. Setelah bekerja sudah tidak ada
keinginan mengembangkan diri melalui budaya membaca.
Karena itu, dia membangun Taman Bacaan Masyarakat (TBM) ”Siswotrepsilo” di Desa Selorejo, sebagai kampung kelahirannya. Untuk memotivasi mantan rekan-rekan sekolahnya agar terus belajar dengan membaca, Gunadi memborong buku karya salah seorang teman sekolahnya di SMP Negeri 1 Wonogiri angkatan tahun 1967-1969.
Ketua
panitia penyelenggara temu kangen, Niniek Endang Wuryani menambahkan, reuni
mini ini selain untuk konsolidasi data alumni angkatan 69, juga dilakukan
pendekatan manajemen ilmu pengetahuan.
Untuk
menghilangkan kesenjangan, Bambang Haryanto menjembatani melalui situs blog di
internet dengan alamat: http://wng69.blogspot.com.
Wartawan Harian Suara Merdeka
Klas 1c2a3c
WONOGIRI - Usia boleh bertambah, tapi semangat untuk terus
belajar dan memberi keteladanan, tidak boleh surut. Demikian benang merah
spirit yang ingin dirangkai dalam acara temu kangen 2013 keluarga besar
angkatan 1969 SMP Negeri 1 Wonogiri.
”Acara temu kangen akan digelar Minggu (10/3), di Pondok Dahar Tidar Raos Jl Kartini 61, Kedungringin, Wonogiri,” kata Bambang Haryanto dari Departemen Kreatif dan Komunikasi kepanitiaan reuni Angkatan 69.
Karena itu, dia membangun Taman Bacaan Masyarakat (TBM) ”Siswotrepsilo” di Desa Selorejo, sebagai kampung kelahirannya. Untuk memotivasi mantan rekan-rekan sekolahnya agar terus belajar dengan membaca, Gunadi memborong buku karya salah seorang teman sekolahnya di SMP Negeri 1 Wonogiri angkatan tahun 1967-1969.
(P27-37).
Berita ini dimuat di Harian Suara Merdeka, Rabu, 6 Maret 2013 : Hal. 18 - Edukasia. Ditulis oleh rekan kita Bambang Purnomo Untung Sabdodadi yang sebagai wartawan harian Suara Merdeka memiliki inisial P27. Tautan : http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2013/03/06/217441/16/Semangat-Belajar-Tidak-Boleh-Surut
Berita ini dimuat di Harian Suara Merdeka, Rabu, 6 Maret 2013 : Hal. 18 - Edukasia. Ditulis oleh rekan kita Bambang Purnomo Untung Sabdodadi yang sebagai wartawan harian Suara Merdeka memiliki inisial P27. Tautan : http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2013/03/06/217441/16/Semangat-Belajar-Tidak-Boleh-Surut
Senin, 25 Februari 2013
"Are You Sleeping, Brother John ?" Dalam Catatan Kenangan Seorang Jenderal Asli Wonogiri
Oleh : Gunadi MDA
Laksamana Madya (Purn) TNI-AL
Klas 1b/2d/3b
SMP Negeri 1 Wonogiri 1967-1969
SMP Negeri 1 Wonogiri 1967-1969
Sekolah
kebanggaan. Setelah resmi pensiun dari Irjen Kementerian Pertahanan pada bulan Maret 2012 , agenda penting
pertama di awal sebagai pengangguran adalah melaksanakan safari darat.
Menjelajah dari Jakarta ke Surabaya melalui kampung
halaman di desa Selorejo Girimarto Wonogiri dalam rangka bernostalgia.
Kenapa demikian, karena Wonogiri adalah tanah tumpah darah tercinta. Sedang Surabaya adalah rumah kedua. Sepanjang 25 tahun umur saya terlewati di Kota Buaya itu.
Mulai dari saat masuk pendidikan di Akabri Laut tahun 1974 hingga berdinas di Angkatan Laut, diantaranya 17 tahun sebagai penerbang TNI AL.
Kenapa demikian, karena Wonogiri adalah tanah tumpah darah tercinta. Sedang Surabaya adalah rumah kedua. Sepanjang 25 tahun umur saya terlewati di Kota Buaya itu.
Mulai dari saat masuk pendidikan di Akabri Laut tahun 1974 hingga berdinas di Angkatan Laut, diantaranya 17 tahun sebagai penerbang TNI AL.
Tahun 1997 meninggalkan Surabaya ke Sri Lanka sebagai Atase Pertahanan. Kembali lagi ke Surabaya sebagai Komandan Lantamal pada tahun 2004. Baru pada tahun 2006 pindah tugas ke Jakarta hingga pensiun.
Safari kenangan di desa sudah barang tentu merupakan momen yang “sesuatu” banget. Ketemu saudara, kawan lama, mengunjungi tempat-tempat berkesan dan ngelamunin masa lalu. Di Wonogiri, sasaran kunjungan terpenting adalah sekolah yang sama-sama kita banggakan.
Sayang saat itu belum kenal blog wng69.blogspot.com ini, sehingga belum bisa merancang acara ketemu teman-teman. Selama sekitar 7 tahun di Jakarta, teman SMP yang pernah ketemu cuma mas Dewo dan mas Gembong serta mas Singgih yang beberapa kali nyambangi ke rumah.
Satu hal yang sangat berkesan saat di Wonogiri, ternyata di open lobby Hotel Diafan, pemandangannya luar biasa. Saya dan istri sempat berpose sambil menikmati pemandangan yang sangat bagus, merasa seakan bukan di Wonogiri tapi di tempat indah entah dimana.
Masa-masa SMP. Berangkat dari desa Selorejo melanjutkan studi ke Wonogiri diantar ibu, mondok di rumah rekan kita Budiman (alm) di Juranggempal masih jelas di ingatan. Anak desa yang jarang pergi, umur 12 tahun, sudah harus berpisah dengan orang tua. Malam hari setiba di Wonogiri, diantar Budiman kerumah pak Hartoyo (Kepala Sekolah) mengantar oleh-oleh makanan desa (jadah, wajik dll). Kebiasaan di desa dibawa ke Wonogiri.
Selama di SMP tidak banyak peran yang saya mainkan, karena setiap Sabtu siang, setelah selesai pelajaran, buru-buru nyari kendaraan pulang ke desa. Nunggu kendaraan di depan Gudang Garam, dapat bus kalau beruntung, naik truk yang lebih sering. Dengan demikian selama 3 tahun tidak banyak tempat di sekitar Wonogiri yang saya akrabi.
Tetapi ingatan kepada Pak Gon yang ngajari nyanyi “Are You Sleeping,” Pak Suyadi (Suyadi B ?- Betul. BH) yang sering ke rumah dakwah agama Kristen, Pak Margono yang waktu ujian masih sempat membetulkan jawaban saya, dan guru lainpun masih ada yang nyantol di kepala. Barangkali memang tidak sejelas ingatan rekan-rekan, karena setelah lulus SMP langsung kabur jarang pulang kampung.
Melanjutkan SMA di Bandung, karena bapak almarhum minta saya nantinya masuk ITB jadi insinyur, walau pun akhirnya malah belok jadi tentara. Anak pertama saya yang akhirnya meneruskan cita-cita ayahnya ke ITB. Sayang selama di Bandung dia tidak sempat ketemu mas Nurdin walaupun berkali-kali saya minta untuk mencari. Mungkin segan karena tidak satu jurusan.
Pengalaman di Pekerjaan. Tantangan dan gemblengan selama masa kecil di Wonogiri, ternyata menjadi modal yang sangat berarti bagi karier saya selanjutnya. Selama menjadi tentara maupun setelah berada di Kementerian Pertahanan (sebagai Dirjen Perencanaan Pertahanan, Dirjen Sarana Pertahanan dan Irjen), saya tidak pernah menghadapi masalah, karena masa kecil saya ibarat sudah berada di Kawah Candradimuka.
Hidup penuh perjuangan dan serba kekurangan selama di Wonogiri, menjadikan saya orang yang tahan banting, tahan tekanan dan tahan godaan di pekerjaan. Kondisi Wonogiri yang dulu tandus, miskin, penuh tantangan, menurut saya justru merupakan berkah tersendiri.
Pada kesempatan memberikan sambutan di satu acara pertemuan warga Wonogiri di Jakarta (hadir para Dirjen, Sekjen, pengusaha dan tokoh-tokoh asal Wonogiri lainnya, juga Bupati saat itu pak Begug) saya sampaikan bahwa kondisi Wonogiri mirip dengan China dekade 70-an.
Hidup serba susah karena tanahnya gersang. Kalau dengan kondisi demikian China akhirnya bisa melahirkan orang-orang yang ulet dan sukses, mestinya Wonogiri juga bisa. Itu akan terbukti apabila orang Wonogiri berbaur dan bersaing dengan orang dari daerah lain yang kondisinya lebih baik.
Bukan mau menyombongkan diri, tetapi saya merasa bahwa saya sudah membuktikan premis tersebut. Dulu saya di Wonogiri tidak pernah bisa berprestasi apa pun.Di SMP, belajar hanya kalau liburan minggu tenang persiapan ujian. Itu pun belajarnya di bawah pohon kelapa di pinggir Bengawan Solo. Bagaimana mau pinter ? Setelah berada di SMA dan sekolah lainnya (setelah SMP masih melalui 9 sekolahan), dimana belajar merupakan keharusan, ternyata anak Wonogiri tidak kalah dengan anak lainnya.
Saya yang waktu di desa dulu sering makan tiwul dengan ikan asin, sewaktu di SMA dikenal bukan saja oleh teman seangkatan, tetapi juga oleh kakak-kakak dan adik kelas karena hasil kerja saya untuk sekolah. Sekarang pun masih menjadi Pelindung Alumni SMA. Di Korps di Akabri, di Sekolah Komando Kesatuan TNI AU, di Seskoal, bahkan di Lemhannas, saya berhasil lulus di urutan pertama.
Saya hanya salah satu putra Wonogiri yang menjadi jenderal. Masih banyak jenderal lain dari Wonogiri. Putra-putri Wonogiri yang sukses di bidang lain juga sangat banyak. Di Jakarta ada beberapa ikatan keluarga Wonogiri, salah satunya adalah Pakari. Pakari (Paguyuban Keluarga Wonogiri), dimana saya sebagai pelindung, juga merupakan wadah putra-putri Wonogiri yang sukses di Jakarta.
Pakari terus berbuat untuk tanah kelahiran, Wonogiri. Pada ulang tahun Wonogiri beberapa tahun lalu, selain ikut program penghijauan, Pakari memeriahkan dengan berbagai acara, diantaranya mendatangkan beberapa pesawat terbang militer untuk melintas saat acara ulang tahun di Wonogiri dan olah raga air di Waduk Gajah Mungkur dipimpin prajurit-prajurit Marinir TNI AL.
Setiap hari raya, Pakari mengusahakan bus untuk warga Wonogiri mudik gratis. Di musim kering tahun 2012 Pakari menyumbang air bersih untuk daerah Wonogiri Selatan. Dan yang sedang berjalan, Pakari mendirikan Taman Bacaan Masyarakat di desa-desa. Saya sendiri telah menyumbang satu perpustakaan di desa yang diresmikan Bupati Danar Rahmanto.
Di Pakari, saya pernah mengupayakan untuk membuat satu buku kisah sukses warga Wonogiri perantauan. Buku ini rencana dibagikan ke sekolah-sekolah di Wonogiri untuk memacu motivasi anak-anak agar lebih maju. Warga sukses bukan hanya diartikan yang berhasil jadi jenderal, Sekjen, Dirjen atau pejabat lainnya. Warga sukses juga termasuk profesi-profesi lain seperti usahawan, misalnya pedagang bakso yang berhasil menasional.
Bakso pak Slamet “Titoti” asal Ngadirojo sudah banyak memiliki cabang besar di Jakarta. Bahkan “Bakso Lapangan Tembak” yang memulai jualan dengan pikulan saat ini telah memiliki lebih dari 140 cabang. Mereka termasuk profil sukses yang perlu kita ceritakan karena telah memajukan ekonomi daerahnya dan mengharumkan nama Wonogiri. Pakari juga sedang merencanakan mendirikan perguruan tinggi di Wonogiri. Siapa mau partisipasi?
Keluarga yang adem-ayem. Bukan karena Wonogiri kekurangan gadis cantik, tetapi Tuhan menakdirkan saya berjodoh dengan orang Sumatera. Walaupun demikian, bahasa Jawanya tidak kalah dengan orang Wonogiri asli. Kalau pun pada awal perkawinan sering terjadi salah pengertian kalau saya berbicara bahasa Jawa, itu dulu.
Dua anak, laki-laki dan perempuan juga telah melengkapi kehidupan saya. Dua cucu yang manis-manis menambah semaraknya hari tua yang saya jalani.
Alhamdulillah anak-anak tidak pernah mengenal dugem, rokok, apalagi narkoba, walaupun mereka anak seorang Jenderal, hidup di kota besar, termasuk tinggal tahunan di luar negeri. Satu hal lain yang kami miliki adalah kedekatan dan kekompakan. Walaupun mereka sudah berkeluarga dan tinggal di rumah masing-masing, tetapi selalu ada momen bersama setiap minggu. Makan diluar selalu bersama, keluar kota, selalu berdelapan, makanya ada niat beli minibus yang muat 8 orang, supaya kebersamaan ini tidak ada jaraknya.
Pensiun bukan berarti akhir dari segalanya. Pepatah mengatakan life begin at forty. Saya memodifikasi menjadi life begin at fifty eight. Setelah pensiun di usia 58 saya memulai karier baru. Berkebun, bisnis kecil-kecilan, dan membantu teman di perusahan sebagai Preskom, termasuk menjadi komisaris di perusahaan milik pengusaha sukses asal Wonogiri.
Biar tua, juga harus sehat, jasmani dan rohani. Renang, sepedaan, golf, karaoke, main saxophone, ditambah dengan membuat komunikasi dengan teman-teman lama, terutama nantinya dengan teman-teman angkatan 69 SMPN I Wonogiri.
Sayang saat itu belum kenal blog wng69.blogspot.com ini, sehingga belum bisa merancang acara ketemu teman-teman. Selama sekitar 7 tahun di Jakarta, teman SMP yang pernah ketemu cuma mas Dewo dan mas Gembong serta mas Singgih yang beberapa kali nyambangi ke rumah.
Satu hal yang sangat berkesan saat di Wonogiri, ternyata di open lobby Hotel Diafan, pemandangannya luar biasa. Saya dan istri sempat berpose sambil menikmati pemandangan yang sangat bagus, merasa seakan bukan di Wonogiri tapi di tempat indah entah dimana.
Masa-masa SMP. Berangkat dari desa Selorejo melanjutkan studi ke Wonogiri diantar ibu, mondok di rumah rekan kita Budiman (alm) di Juranggempal masih jelas di ingatan. Anak desa yang jarang pergi, umur 12 tahun, sudah harus berpisah dengan orang tua. Malam hari setiba di Wonogiri, diantar Budiman kerumah pak Hartoyo (Kepala Sekolah) mengantar oleh-oleh makanan desa (jadah, wajik dll). Kebiasaan di desa dibawa ke Wonogiri.
Selama di SMP tidak banyak peran yang saya mainkan, karena setiap Sabtu siang, setelah selesai pelajaran, buru-buru nyari kendaraan pulang ke desa. Nunggu kendaraan di depan Gudang Garam, dapat bus kalau beruntung, naik truk yang lebih sering. Dengan demikian selama 3 tahun tidak banyak tempat di sekitar Wonogiri yang saya akrabi.
Tetapi ingatan kepada Pak Gon yang ngajari nyanyi “Are You Sleeping,” Pak Suyadi (Suyadi B ?- Betul. BH) yang sering ke rumah dakwah agama Kristen, Pak Margono yang waktu ujian masih sempat membetulkan jawaban saya, dan guru lainpun masih ada yang nyantol di kepala. Barangkali memang tidak sejelas ingatan rekan-rekan, karena setelah lulus SMP langsung kabur jarang pulang kampung.
Melanjutkan SMA di Bandung, karena bapak almarhum minta saya nantinya masuk ITB jadi insinyur, walau pun akhirnya malah belok jadi tentara. Anak pertama saya yang akhirnya meneruskan cita-cita ayahnya ke ITB. Sayang selama di Bandung dia tidak sempat ketemu mas Nurdin walaupun berkali-kali saya minta untuk mencari. Mungkin segan karena tidak satu jurusan.
Pengalaman di Pekerjaan. Tantangan dan gemblengan selama masa kecil di Wonogiri, ternyata menjadi modal yang sangat berarti bagi karier saya selanjutnya. Selama menjadi tentara maupun setelah berada di Kementerian Pertahanan (sebagai Dirjen Perencanaan Pertahanan, Dirjen Sarana Pertahanan dan Irjen), saya tidak pernah menghadapi masalah, karena masa kecil saya ibarat sudah berada di Kawah Candradimuka.
Hidup penuh perjuangan dan serba kekurangan selama di Wonogiri, menjadikan saya orang yang tahan banting, tahan tekanan dan tahan godaan di pekerjaan. Kondisi Wonogiri yang dulu tandus, miskin, penuh tantangan, menurut saya justru merupakan berkah tersendiri.
Pada kesempatan memberikan sambutan di satu acara pertemuan warga Wonogiri di Jakarta (hadir para Dirjen, Sekjen, pengusaha dan tokoh-tokoh asal Wonogiri lainnya, juga Bupati saat itu pak Begug) saya sampaikan bahwa kondisi Wonogiri mirip dengan China dekade 70-an.
Hidup serba susah karena tanahnya gersang. Kalau dengan kondisi demikian China akhirnya bisa melahirkan orang-orang yang ulet dan sukses, mestinya Wonogiri juga bisa. Itu akan terbukti apabila orang Wonogiri berbaur dan bersaing dengan orang dari daerah lain yang kondisinya lebih baik.
Bukan mau menyombongkan diri, tetapi saya merasa bahwa saya sudah membuktikan premis tersebut. Dulu saya di Wonogiri tidak pernah bisa berprestasi apa pun.Di SMP, belajar hanya kalau liburan minggu tenang persiapan ujian. Itu pun belajarnya di bawah pohon kelapa di pinggir Bengawan Solo. Bagaimana mau pinter ? Setelah berada di SMA dan sekolah lainnya (setelah SMP masih melalui 9 sekolahan), dimana belajar merupakan keharusan, ternyata anak Wonogiri tidak kalah dengan anak lainnya.
Saya yang waktu di desa dulu sering makan tiwul dengan ikan asin, sewaktu di SMA dikenal bukan saja oleh teman seangkatan, tetapi juga oleh kakak-kakak dan adik kelas karena hasil kerja saya untuk sekolah. Sekarang pun masih menjadi Pelindung Alumni SMA. Di Korps di Akabri, di Sekolah Komando Kesatuan TNI AU, di Seskoal, bahkan di Lemhannas, saya berhasil lulus di urutan pertama.
Saya hanya salah satu putra Wonogiri yang menjadi jenderal. Masih banyak jenderal lain dari Wonogiri. Putra-putri Wonogiri yang sukses di bidang lain juga sangat banyak. Di Jakarta ada beberapa ikatan keluarga Wonogiri, salah satunya adalah Pakari. Pakari (Paguyuban Keluarga Wonogiri), dimana saya sebagai pelindung, juga merupakan wadah putra-putri Wonogiri yang sukses di Jakarta.
Pakari terus berbuat untuk tanah kelahiran, Wonogiri. Pada ulang tahun Wonogiri beberapa tahun lalu, selain ikut program penghijauan, Pakari memeriahkan dengan berbagai acara, diantaranya mendatangkan beberapa pesawat terbang militer untuk melintas saat acara ulang tahun di Wonogiri dan olah raga air di Waduk Gajah Mungkur dipimpin prajurit-prajurit Marinir TNI AL.
Setiap hari raya, Pakari mengusahakan bus untuk warga Wonogiri mudik gratis. Di musim kering tahun 2012 Pakari menyumbang air bersih untuk daerah Wonogiri Selatan. Dan yang sedang berjalan, Pakari mendirikan Taman Bacaan Masyarakat di desa-desa. Saya sendiri telah menyumbang satu perpustakaan di desa yang diresmikan Bupati Danar Rahmanto.
Di Pakari, saya pernah mengupayakan untuk membuat satu buku kisah sukses warga Wonogiri perantauan. Buku ini rencana dibagikan ke sekolah-sekolah di Wonogiri untuk memacu motivasi anak-anak agar lebih maju. Warga sukses bukan hanya diartikan yang berhasil jadi jenderal, Sekjen, Dirjen atau pejabat lainnya. Warga sukses juga termasuk profesi-profesi lain seperti usahawan, misalnya pedagang bakso yang berhasil menasional.
Bakso pak Slamet “Titoti” asal Ngadirojo sudah banyak memiliki cabang besar di Jakarta. Bahkan “Bakso Lapangan Tembak” yang memulai jualan dengan pikulan saat ini telah memiliki lebih dari 140 cabang. Mereka termasuk profil sukses yang perlu kita ceritakan karena telah memajukan ekonomi daerahnya dan mengharumkan nama Wonogiri. Pakari juga sedang merencanakan mendirikan perguruan tinggi di Wonogiri. Siapa mau partisipasi?
Keluarga yang adem-ayem. Bukan karena Wonogiri kekurangan gadis cantik, tetapi Tuhan menakdirkan saya berjodoh dengan orang Sumatera. Walaupun demikian, bahasa Jawanya tidak kalah dengan orang Wonogiri asli. Kalau pun pada awal perkawinan sering terjadi salah pengertian kalau saya berbicara bahasa Jawa, itu dulu.
Dua anak, laki-laki dan perempuan juga telah melengkapi kehidupan saya. Dua cucu yang manis-manis menambah semaraknya hari tua yang saya jalani.
Alhamdulillah anak-anak tidak pernah mengenal dugem, rokok, apalagi narkoba, walaupun mereka anak seorang Jenderal, hidup di kota besar, termasuk tinggal tahunan di luar negeri. Satu hal lain yang kami miliki adalah kedekatan dan kekompakan. Walaupun mereka sudah berkeluarga dan tinggal di rumah masing-masing, tetapi selalu ada momen bersama setiap minggu. Makan diluar selalu bersama, keluar kota, selalu berdelapan, makanya ada niat beli minibus yang muat 8 orang, supaya kebersamaan ini tidak ada jaraknya.
Pensiun bukan berarti akhir dari segalanya. Pepatah mengatakan life begin at forty. Saya memodifikasi menjadi life begin at fifty eight. Setelah pensiun di usia 58 saya memulai karier baru. Berkebun, bisnis kecil-kecilan, dan membantu teman di perusahan sebagai Preskom, termasuk menjadi komisaris di perusahaan milik pengusaha sukses asal Wonogiri.
Biar tua, juga harus sehat, jasmani dan rohani. Renang, sepedaan, golf, karaoke, main saxophone, ditambah dengan membuat komunikasi dengan teman-teman lama, terutama nantinya dengan teman-teman angkatan 69 SMPN I Wonogiri.
Kebersamaan di SMPN 1 Wonogiri dengan rekan-rekan telah pula mengisi memori saya, dan semoga kebersamaan akan terulang di waktu mendatang. Terima kasih mas Bambang, yang telah menyediakan wadah bagi kita untuk bisa bersilaturahmi melalui dunia maya. Salam buat rekan-rekan dan keluarga.
Kita doakan mereka yang telah lebih dulu menghadap Yang Kuasa, semoga diberi tempat yang paling indah di sisi-Nya. Jangan lupa, kitapun sudah dalam antrian. Sambil ngantri, mari kita isi dengan sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga dan bagi sesama. Amin.
Terima kasih almamater, terima kasih para guru, jasamu tidak akan pernah mampu saya balaskan.
Jakarta, 26 Februari 2013
(hari ulang tahun saya ke 59)
Label:
alumnus smp negeri 1 wonogiri angkatan 1969,
budiman,
girimarto,
gunadi,
klas 1 b,
klas 2 d,
klas 3 b,
laksamana madya,
penerbang tni-al,
selorejo,
wonogiri
Jumat, 18 Januari 2013
19 Januari 1967 : Menanam Cinta di Hari Pertama
Oleh : Bambang Haryanto 1b2a3b
Email : wonogirikita (at) gmail.com
Belai mereka. Ingat kehadirannya, mereka itu hidup dan mereka itu penting bagi kita. Itulah satu-satunya terapi. Saya tahu berdasar pengalaman."
Dialog itu disampaikan oleh tokoh Benigno MartÃn yang diperankan oleh bintang film dan televisi Spanyol bernama Javier Camara (foto, kanan) dalam film Talk to Her (2002) karya sutradara kharismatis Pedro Almodovar.
Ini film indah tentang terpilinnya kehidupan empat orang dalam adonan obsesi, cinta, persahabatan dan rasa putus asa. Titik sentralnya bagaimana dua orang pria, wartawan dan dokter, berusaha berkomunikasi dan berinteraksi dengan wanita-wanita tercintanya, matador perempuan dan penari balet muda, yang keduanya berada dalam kondisi koma.
Apa kaitannya dengan diri kita ?
Secara langsung tidak ada.
Hanya saja aktor Javier Camara itu lahir di Albelda de Iregua, La Rioja, Spanyol, bertepatan dengan saat kaki-kaki kita pertama kali menginjak ruang kelas satu di SMP Negeri 1 Wonogiri. Tanggalnya 19 Januari 1967. Harinya, Kamis.
Pada hari yang sama di belahan dunia lain, di Inggris, kelompok musik The
Monkees menempatkan lagunya I’m A
Believer sebagai lagu nomor wahid di tangga-tangga lagu pop Inggris.
Hari itu pula di Studio Two, EMI Studios, Abbey Road, kelompok The Beatles sedang merampungkan nomor terakhir dari album Sgt Pepper's Lonely Hearts Club Band untuk lagu A Day In The Life yang memerlukan take sampai empat kali.
Kembali ke sekolah kita. Hari itu adalah tepat hari ulang tahun dari teman kita Sri Hastuti 1c2a3d, teman satu kelas di kelas dua dengan saya. Kelahiran Sukoharjo, 1953. Putri dari Mardiwiryono, pegawai Kecamatan Wonogiri.
Hari itu pula di Studio Two, EMI Studios, Abbey Road, kelompok The Beatles sedang merampungkan nomor terakhir dari album Sgt Pepper's Lonely Hearts Club Band untuk lagu A Day In The Life yang memerlukan take sampai empat kali.
Kembali ke sekolah kita. Hari itu adalah tepat hari ulang tahun dari teman kita Sri Hastuti 1c2a3d, teman satu kelas di kelas dua dengan saya. Kelahiran Sukoharjo, 1953. Putri dari Mardiwiryono, pegawai Kecamatan Wonogiri.
Tinggalnya di Kajen, Giripurwo, Wonogiri. Sekampung dengan
saya. Tetapi maafkan aku , Sri Hastuti, saya butuh bantuan banyak teman agar
saat ini saya bisa mampu kembali mengingat dan mengenalimu.
”Di mana pun kini kau berada, temanku Sri Hastuti, saya ucapkan selamat hari ulang tahun. Kau beruntung, memiliki dua momen bersejarah dalam hidupmu. Semoga rahmat Tuhan senantiasa melimpahi hidupmu.”
”Di mana pun kini kau berada, temanku Sri Hastuti, saya ucapkan selamat hari ulang tahun. Kau beruntung, memiliki dua momen bersejarah dalam hidupmu. Semoga rahmat Tuhan senantiasa melimpahi hidupmu.”
Pertemanan jangan
dilupakan. Tanggal 19 Januari 1967 itu, tentu saja, banyak dari kita alumni
Angkatan (lulus) 1969 yang melupakannya. Saya juga lama sekali melupakannya. Barulah
pada tanggal 6 Agustus 2012, ketika saya
mampu memperoleh data murid SMP Negeri 1 Wonogiri Angkatan 1969, tanggal itu
muncul di radar perhatian.
Muncul pula gagasan di kepala saya untuk mengadakan upacara kecil untuk sekadar
memperingatinya. Bersama teman-teman yang masih bisa dijangkau, yang berdomisili
di Wonogiri. Untuk itu saya mencoba
menjual gagasan berikut ini kepada teman-teman :
“Pagi, Niniek. Minta pendapatmu. Tgl 19 Jan 1967 adlh hr resmi pertama kita msk di SMPN1. Aku usul dijdkan ultah A69. Ok ? Oh ya, sepatumu pas SMP spt yg kuingat, bener ga ? “ (SMS saya ke Niniek Endang Wuryani 1a2c3a,
Kamis, 17 Januari 2013 : 09.59.42).
Niniek (foto) berbaik hati menjawab : “Trus nek dadi ultah e A 69, arep di piyekke meneh
klanjutannya kan aq ra ngerti mBang, jd sebaiknya anda aja yg bikin acara n
rncana atau proposal, mengko di rembug bareng2 karo ketuane jg.” (Balasan
Niniek Endang Wuryani, Kamis, 17 Januari 2013 : 10.33.24).
“Tks, Nik. Aku se7 sm alur pikirmu. Ttp krn tgl 19 itu 2 hr
lg, qta tdk bs adakan acr besar. Kita bs urunan, bkn acr potong tumpeng +
berdoa di PDnya mBak Darini. OK ? “ (Ke Niniek, Kamis, 17 Januari 2013 :
10.59.08).
“Pagi, Dewo. Minta pendapatmu. Tgl 19 Jan 1967 adlh hr resmi
pertama kita masuk di SMPN1. Aku usul tgl itu dijdkan ultah A69. Kl se7
mohon kabar2 ke teman2 ya. Ada ide ? “(Ke
Sugeng Sudewo 1a2c3a, Kamis, 17 Januari 2013 : 11.04.58).
“Pagi, mBak Rini. Tgl 19 Jan 1967 adlh hr resmi pertama kita
masuk di SMPN1. Sy usul tgl itu dijdkan ultah A69. Kl se7 sy ajak tmn2 urunan
potong tumpeng di PD Anda.”(Ke Sri Sudarini 1b2c3b, Kamis, 17 Januari 2013 :
11.09.55).
Balasan mBak Sri Sudarini (foto), bukan main : "Mas maaf baru diblas tadi lagi didpr mask. Klo ultah 69 monggo aja diatur tapi jangan siang saya ada cooking class di Lorin. Jadi bisanya mlm, klo jadi tlng bsk udh ada kepastian biar saya bisa siapin tmpng nya. Klo saya mau diksh buku senang sekali cmn klo disrh mlh itu yg bingung krna blm tau jadi yg mana aja. Klo hari ul tah wah saya lupa he..he…jangan marah ya." (Kamis, 17 Januari 2013 : 13.42.30).
Balasan mBak Sri Sudarini (foto), bukan main : "Mas maaf baru diblas tadi lagi didpr mask. Klo ultah 69 monggo aja diatur tapi jangan siang saya ada cooking class di Lorin. Jadi bisanya mlm, klo jadi tlng bsk udh ada kepastian biar saya bisa siapin tmpng nya. Klo saya mau diksh buku senang sekali cmn klo disrh mlh itu yg bingung krna blm tau jadi yg mana aja. Klo hari ul tah wah saya lupa he..he…jangan marah ya." (Kamis, 17 Januari 2013 : 13.42.30).
Matur nuwun, mBak Rini. Saya juga kirim sms ke Sri Hadi “Gembong” Pramono (foto) di Jakarta dan E.
Liliek Dwi Sularyanto. Gembong baru membalas kemudian, tapi balasan dari
Liliek menarik untuk kita perhatikan :
“Wah ini tadi saya iseng2 dikantor buka2 blog anda. Dan mau
komen sdh keburu diajak istirahat siang teman2. Prinsip saya setuju Ikasari 69
dikelola lagi secara baik, tapi usulan kami mengingat banyak teman2 yg diberi
talenta scr professional, alangkah baiknya kita bisa membuat program usulan
untuk kemajuan daerah.
Kita hubungi teman2 spt Nurdin, Edi Darmojo, dll. Untuk program yg sifatnya hura2 cukup diserahkan sama ahlinya saja. Tks.” (Kamis, 17 Januari 2013 : 11.54.43).
Kita hubungi teman2 spt Nurdin, Edi Darmojo, dll. Untuk program yg sifatnya hura2 cukup diserahkan sama ahlinya saja. Tks.” (Kamis, 17 Januari 2013 : 11.54.43).
Pendapat yang merangsang untuk kita fikirkan. Tidak mudah bagi saya pribadi untuk menjawabnya. Karena kegiatan alumni itu bisa sangat beragam, luas dan bukan kegiatan yang remeh. Misalnya dari hal berorganisasi guna mengurus interaksi antarwarga alumni itu sendiri, berkegiatan untuk sekolah kita yang lama, sampai berkiprah untuk masyarakat luas. Saya menemukan rujukan untuk bisa kita jadikan perbandingan : disini, disini dan disini.
“Tks, Mas Liliek. Smg kelak sy bs ikut bantu2 realisasi program2 Ikassari, semampu saya lho. Kl brkenan slkn email agr bs sy pajang di blog sederhana+hura2 itu. Salam.” (Dari Bambang Haryanto, Kamis, 17 Januari 2013 : 12.07.38).
Rookie mistake. Kesalahan pemula. Oleh Niniek yang Bu Lurah A69, dalam beberapa interaksi, memang saya sering dia sebut sebagai novice atau orang baru dalam blantika interaksi Alumni 69 di Wonogiri. Dan itu memang benar adanya.
Kilas balik : Saya baru bergabung saat berlangsungnya reuni mini di Pondok Dahar Tidar Raos, 22 Agustus 2012. Gembong yang menarik-narik saya. Aktivitas terakhir bersama teman-teman A69 baru terjadi tanggal 13 Januari 2013. Ketika itu di hari Minggu pagi, pada menit-menit terakhir, saya ditelepon Niniek untuk ikut tur dan menjadi tukang foto aktivitas sebagian A69 untuk tilik rekan kita Hajariati Mufidah 1b2d3a di Plumbon, dekat Bekonang, Sukoharjo. Kakak ipar dari teman kita Rosyid Wibowo 1c/2c/3c itu menjalani pemulihan dari sakit strokenya.
“Tks, Mas Liliek. Smg kelak sy bs ikut bantu2 realisasi program2 Ikassari, semampu saya lho. Kl brkenan slkn email agr bs sy pajang di blog sederhana+hura2 itu. Salam.” (Dari Bambang Haryanto, Kamis, 17 Januari 2013 : 12.07.38).
Gagasan untuk kita semua.
Terima kasih untuk atensi teman-teman tersebut. Ide mengadakan acara tumpengan
untuk mengisi perayaan ulang tahun kita saat pertama kali masuk sekolah 46
tahun yang lalu itu memang gagal. Semua itu terjadi karena kenaifan dan kesalahan
saya.
Rookie mistake. Kesalahan pemula. Oleh Niniek yang Bu Lurah A69, dalam beberapa interaksi, memang saya sering dia sebut sebagai novice atau orang baru dalam blantika interaksi Alumni 69 di Wonogiri. Dan itu memang benar adanya.
Kilas balik : Saya baru bergabung saat berlangsungnya reuni mini di Pondok Dahar Tidar Raos, 22 Agustus 2012. Gembong yang menarik-narik saya. Aktivitas terakhir bersama teman-teman A69 baru terjadi tanggal 13 Januari 2013. Ketika itu di hari Minggu pagi, pada menit-menit terakhir, saya ditelepon Niniek untuk ikut tur dan menjadi tukang foto aktivitas sebagian A69 untuk tilik rekan kita Hajariati Mufidah 1b2d3a di Plumbon, dekat Bekonang, Sukoharjo. Kakak ipar dari teman kita Rosyid Wibowo 1c/2c/3c itu menjalani pemulihan dari sakit strokenya.
Apakah dalam tur yang pertama kali saya ikuti itu saya lulus sebagai orang baru ? Anggota senior komunitas A69 Wonogiri, Sri Djarwaningsih (foto) yang menjadi guru klas VI SD Negeri 2 Giripurwo di Wonokarto (saya pernah mengunjungi sekolahnya, 3 November 2012), menulis komentar lewat sms :
Bu guru anggun, bijak dan kalau bicara senantiasa terukur ini rupanya sedang berhiperbola. Anda tahu mengapa saya mendapatkan sebutan “genius” itu ? Karena saya telah menyuap Niniek dan ibu guru yang hobi membaca ini dengan buku yang menjadi koleksi Library of Congress di AS ini.
Begitulah, ide ketemuan untuk tumpengan, gagal. Tak mengapa. Namun tetap banyak hal yang membahagiakan saya. Karena berkat penemuan tanggal itu saya tergerak mengontak lagi banyak teman. Ikhtiar kecil itu adalah upaya saya agar pertemanan antara kita itu, entah dengan cara apa, menjadi tidak terbengkalai dan menjadi terlupakan.
Mencari cara lebih baik. Esensi dan niatnya tetap dan tidak berubah. Yaitu upaya
mengenang kembali sejarah yang terjadi tanggal 19 Januari 1967 itu. Tetapi
kini dicarikan cara yang lebih luwes, lebih rada-rada kreatif dan terjangkau oleh semua alumni di mana pun mereka berada.
Yaitu ajakan pesta berkirim-kiriman SMS
berupa salam antarkita di hari Sabtu ceria itu. Untuk menandai di hati masing-masing mengenai
peristiwa yang terjadi dalam hidup kita 46 tahun yang lalu itu.
Ajakan pertama saya kirimkan kepada rekan Bambang Purnomo Untung Sabdodadi 1c2a3c (foto, kanan). Di Wonogiri
ia terkenal sebagai wartawan senior daerah untuk harian Suara Merdeka.
Dia teman sekelas saya di 2a. Tahun 1975-an saya dan dia pernah melakukan
perjalanan jurnalistik ke Tirtomoyo. Saat itu Indonesia heboh tentang bodem corrector, suatu “bangunan ajaib”
di tengah tegalan gersang. Konon dari bangunan itu mampu memancarkan sinar berkualitas tertentu yang mampu membuat tanaman sekitarnya menjadi subur.
Saat kami berkunjung, hal sebaliknya yang tersaji. Ini jelas hoax, pikir kami. Bambang Pur kemudian menulis untuk korannya, saya menulis laporan panjang untuk majalah Variasi, Jakarta. Isu bodem corrector itu lalu lenyap ditelan waktu dan sejarah.
Saat kami berkunjung, hal sebaliknya yang tersaji. Ini jelas hoax, pikir kami. Bambang Pur kemudian menulis untuk korannya, saya menulis laporan panjang untuk majalah Variasi, Jakarta. Isu bodem corrector itu lalu lenyap ditelan waktu dan sejarah.
Ketemuan saya yang berikutnya cukup bersejarah. Karena terjadi di komplek sekolah kita, SMP Negeri
1 Wonogiri (foto). Ketika itu bupati Danar Rahmanto (A 1981) yang baru saja terpilih
dan siswa-guru SMPN 1 atas prakarsa Mayor Haristanto (adik saya) mengadakan
acara temu wicara di aula sekolah kita. Usaha bernostalgia, tidak maksimal. Karena bangunan klas saya yang 1b sudah musnah, kelas 3 b juga
demikian, saya hanya bisa melongoki dari luar klas 2a saja saat itu.
Hari Kamis, 17/1/2013, saya dapat rejeki nomplok lagi. Kebetulan kami ketemuan di pasar. Kami sempat
mengobrol tentang rekan kita Hajariati Mufidah 1b2d3a yang sedang menjalani
pemulihan sakit strokenya. Saya meminta kartu namanya (yang lama ketlisut) dan
saya sorenya mengirimkan sms sebagai berikut kepadanya :
"Tgl 19 Jan 1967 adalah hr resmi pertama kita msk di SMPN1.
Mr dijdkan ultah A69. Kl se7 mohon say hello pd hr itu ke teman2 A69 yg msh
Anda kenal hg saat ini :-)." (Kamis, 17 Januari 2013 : 16.22.02).
Bambang Pur membalas singkat : Ok.
Matur nuwun, Mas
Pur.
SMS yang sama segera saya kirimkan kepada 16 teman lainnya
yang meliputi : Eddy Darmodjo, E. Liliek Dwi Sularyanto, Gatot Sasongko,
Muhammad Hasyim, Muhammad Nurdin, Niniek Endang Wuryani, Pranoto, Singgih
Sisworo, Sri Djarwaningsih, Sri Hadi Pramono,
Sri Harno, Sri Ruwanti (foto), Sri Sudarini, Sugiyatno, Sugeng Sudewo dan Tjipto Katpardiatmo.
Hari Jumat (18/1/2013) terkirim SMS 6 teman lainnya, kepada : Bambang Sadoyo, Hajariati Mufidah, Kustati Srihariti, Sri
Purwanti, Sutarmi dan Widodo. Untuk hari
Sabtu (19/1/2013) saya kirimkan sms ke
Rosyid Wibowo.
Melalui Facebook saya ceritakan selintas sejarah 19 Januari
1967 itu kepada Yesiana Arimurti dan Nur Hanafi Rosly. Yesiana adalah putri dari almarhumah rekan kita Sri Winarti dan
almarhum Jiyono. Sedang Nur Hanafi Rosly adalah putra dari Hajariati Mufidah.
Kebetulan keduanya menjadi teman saya di Facebook.
Dari Jakarta pada hari Sabtu (19/1/2013) saya memperoleh
kabar bagus dari Sri Hadi “Gembong” Pramono. Ia telah berbaik hati berbagi
kabar mengenai gagasan hari ulang tahun angkatan kita itu ke banyak teman. Daftar nama yang dikontak Gembong meliputi :
Bagyo, Eddy Darmodjo,
Edi Nugroho, Gunadi (Laksamana
Madya AL), Rudini, Singgih Sisworo, Sri Djarwaningsih, Sri Hargyanto, Sri Harno, Sugeng
Sudewo, Tjipto Katpardiatmo, Urip
Budiono, Widodo dan Widodo Setyobudi.
Adanya nama yang saling saling tindih dengan daftar yang
saya miliki, tidak menjadi masalah. Itu hanya menunjukkan hasrat kita untuk berbagi.
Matur nuwun, mBong
Komentar menawan. Terima
kasih untuk beberapa rekan yang telah berkenan
memberikan umpan balik. Selain Bambang Pur di atas, tercatat beberapa
teman yang telah berbaik hati. Ada
yang singkat dan ada juga yang kaya warna seperti yang dikirimkan oleh Muhammad Hasyim.
“Inggih nwn.”
(Pranoto, Kamis, 17 Januari 2013 : 16.39.51).
“Ok.”
(Eddy Darmodjo, Kamis, 17 Januari 2013 : 16.45.51).
“Yoi…se7.”
(Dari Sri Ruwanti,Kamis, 17
Januari 2013 : 16.49.15).
“OK teman, ide bagus. Thanks. Pagi juga mas Bambang, aku juga bersyukur pisah sekian lama sama temen2 ketemu masih spt yg dulu. Moga tetap terjalin mesra diantara kita semua.” (Sri Purwanti,foto, Jumat, 18 Januari 2013 : 19.58.50 & Sabtu, 19 Januari 2013 : 09.09.22).
“Bravo angkatan 69 SMPN 1 Wonogiri, sy salut msh ingat hari2 penting, tks kami diingtkn ke memory masa lalu, sukses selalu walaupun kita2 semua sdh menginjak usia tua, ttp semangat msh tinggi.” (Muhammad Hasyim, Kamis, 17 Januari 2013 : 19.10.07).
“sorri mBang, wingi aku asyik nonton seputar banjir Jkt,
usulmu aku setuju banget.. jadi ultah A69 kita tetapken tg 19 Januari.” (Sri
Hadi Pramono, Jumat, 18 Januari 2013 : 06.16.16).
Saya tambah bergembira ketika nama Gunadi muncul dalam smsnya Gembong. Di Internet, perjalanan kariernya mudah dilacak dan menerbitkan kebanggaan. Ketika sama-sama duduk di klas 1b, saya agak dekat berteman dengan Gunadi. Selain Sri Harno, ia juga terampil bermain sepakbola.
Tak jarang saya main ke tempat kos Gunadi, yang tidak lain adalah satu rumah dengan Budiman Joko Waluyo 1a, di Juranggempal. Putra dari Bapak Siswotrepsilo, guru SD di Selorejo, Girimarto, nampaknya masih punya hubungan famili dengan rekan kita (yang suka gojek), almarhum Budiman tersebut.
Tak jarang saya main ke tempat kos Gunadi, yang tidak lain adalah satu rumah dengan Budiman Joko Waluyo 1a, di Juranggempal. Putra dari Bapak Siswotrepsilo, guru SD di Selorejo, Girimarto, nampaknya masih punya hubungan famili dengan rekan kita (yang suka gojek), almarhum Budiman tersebut.
SMS Gembong berbunyi : “mBang, iki sms soko Gunadi (foto) ‘Mas Gembong posisi dimana ? Terima kasih infonya, sangat menyentuh. Beberapa bulan lalu saya dengan istri mampir nostalgia di sekolah kita dulu.’ Akeh sing tak sms hari ini, dg tanggapan senada, pokoke setuju mBang. “(Sri Hadi Pramono, Sabtu, 19 Januari 2013 : 18.32.01).
“Ya syukurlah mBang, respons bgs dr tmn2 luar Wng, tp dr
tmn2 Wng sendiri bnyak yg stuju apa cuek ? Tp memang benar bahwa si perantau
itu pasti lebih tersentuh dan sensitif dgn kmpng halaman dan ms lalu, terusin
mBang, ide2 mu yg brilian tntang kwn2 sklah kt, aq slalu support.” (Niniek
Endang Wuryani, Sabtu, 19 Januari 2013 : 20.03.23).
“Maturnuwun senggolannya. Sy rosyid wibowo-1c2c3c, selain
warga mandungan, kt ingat sama2 dr kajen wng. Salam. (Sabtu, 19 Januari 2013 :
21.18.54).”
Tak terlupakan. Apa
sesudah ini ? Saya sendiri tidak tahu. Mungkin juga akan tidak ada apa-apa.
Bagi saya, itu semua tidak menjadi masalah yang perlu dirisaukan.
Tanggal 19 Januari 1967 memang sudah terlalu lama untuk bisa dibangkitkan kembali secara jelas dalam ingatan kita. Sebagian besar wajah-wajah teman bersekolah kita jaman itu juga sudah sulit untk dikenali dalam layar kenangan.
Tanggal 19 Januari 1967 memang sudah terlalu lama untuk bisa dibangkitkan kembali secara jelas dalam ingatan kita. Sebagian besar wajah-wajah teman bersekolah kita jaman itu juga sudah sulit untk dikenali dalam layar kenangan.
Tapi toh tetap ada hal-hal tertentu yang istimewa dalam
ingatan. Misalnya, sepedanya Widodo "Dodik" Setyobudi (foto) yang berbunyi cik-cik. Gembong ingat hal serupa : sepedanya Suprapto juga berbunyi cik-cik.
Iseng-iseng saya menebak bentuk sepatunya Niniek yang tidak memiliki tutup tumit selain tali kulit pengencang. Hari ini si pemilik sepatu itu 46 tahun kemudian membenarkannya.
Hal lain yang lebih penting, misalnya tentang nyanyian atau pun isi pesan mars SMP Negeri 1 Wonogiri, terus terang justru saya sudah lupa. Saya beruntung berteman dengan Kustati Srihariti dan Sri Djarwaningsih. Ketika kami tur untuk tilik rekan kita Hajariati Mufidah di Plumbon, Sukoharjo, di dalam mobil yang disetir Sri Sudarini, keduanya masih mampu menyanyikannya dengan baik.
Kemampuan keduanya seperti mengingatkan dialog dalam film Talk to Her (2002) tadi, betapa otak perempuan itu misteri. Termasuk misteri yang terkuak ketika saya mampu melihat Niniek tergelak-gelak dengan ceria ketika diingatkan masa lalu yang indah. Waktu pun segera melesat ke masa lampu, masa yang mudah mengingatkan diri kita ketika ia menjadi primadona saat kita bersekolah dulu.
Kita dalam koma ? Selain potongan kisah-kisah manis di atas, dengan mengambil tamsil film Talk to Her (2002) pula, secara gegabah dan sembrono saya berani mengibaratkan betapa alumni angkatan kita itu sebagai perempuan cantik yang sedang dalam keadaan koma.
Iseng-iseng saya menebak bentuk sepatunya Niniek yang tidak memiliki tutup tumit selain tali kulit pengencang. Hari ini si pemilik sepatu itu 46 tahun kemudian membenarkannya.
Hal lain yang lebih penting, misalnya tentang nyanyian atau pun isi pesan mars SMP Negeri 1 Wonogiri, terus terang justru saya sudah lupa. Saya beruntung berteman dengan Kustati Srihariti dan Sri Djarwaningsih. Ketika kami tur untuk tilik rekan kita Hajariati Mufidah di Plumbon, Sukoharjo, di dalam mobil yang disetir Sri Sudarini, keduanya masih mampu menyanyikannya dengan baik.
Kemampuan keduanya seperti mengingatkan dialog dalam film Talk to Her (2002) tadi, betapa otak perempuan itu misteri. Termasuk misteri yang terkuak ketika saya mampu melihat Niniek tergelak-gelak dengan ceria ketika diingatkan masa lalu yang indah. Waktu pun segera melesat ke masa lampu, masa yang mudah mengingatkan diri kita ketika ia menjadi primadona saat kita bersekolah dulu.
Kita dalam koma ? Selain potongan kisah-kisah manis di atas, dengan mengambil tamsil film Talk to Her (2002) pula, secara gegabah dan sembrono saya berani mengibaratkan betapa alumni angkatan kita itu sebagai perempuan cantik yang sedang dalam keadaan koma.
Sesekali dirinya tersadar seperti ditunjukkan dengan penyelenggaraan reuni di tahun 1999 dan 2003. Aktivitas yang patut diapresiasi. Atau pelbagai kegiatan humanistik yang dijalani sebagian kecil warganya. Tetapi potensi besar dan menawan yang berada di dalam dirinya belum sepenuhnya tergali dan muncul. Bahkan untuk menyapa atau berinteraksi dengan adik-adik kita yang masih belajar atau pun angkatan lain, sampai saat ini masih sebagai angan-angan belaka.
Kita masih berorientasi ke dalam. Itu pun juga tidak mulus. Saya sebagai orang baru, yang terbiasa bergaul dalam budaya Internet yang postocracy, harus pandai-pandai mlipir atau meniti buih dalam upaya meng-golkan gagasan. Di Internet, Anda tahu, Anda dinilai peselancar lain berdasar postingan Anda. Utamanya ide dan cara penyampaiannya. Pangkat, kekayaan, sampai status sosial yang mem-posting pesan itu tidak penting.
Tetapi di dunia interaksi antaralumni, budaya postocracy mungkin belum jalan. Untuk sukses ide harus dijalankan dengan angon ulat dan mampu menemukan titik-titik power yang relevan. Beberapa gagasan humanistik, misalnya merayakan ulang tahun teman yang sedang dalam keadaan sakit, untuk sukses rupanya harus melalui koridor power game yang delicate, yang tidak nampak tetapi menentukan.
Apakah kita sesama alumni sudah memupuk rasa saling peduli ? Bahkan secara teknologi dan biaya sangat memungkinkan, seperti pengiriman sms yang begitu murah dan gampang, ajakan untuk sekadar mengucapkan selamat ulang tahun kepada teman lama, juga bukan sebagai hal yang otomatis dan mudah terlaksana. Untuk semua itu memang saya harus melalui beberapa kesalahan untuk bisa menuju kebaikan.
Dunia yang kini imperatif sebagai dunia yang tersambungkan oleh Internet, juga belum kita manfaatkan. Beberapa teman yang saya lacak dan ternyata memiliki akun Facebook, ternyata mangkrak pemanfaatannya. Padahal media-media sosial di Internet itu mampu menjadi sarana reuni dan diskusi yang baru dan menyenangkan bagi kita semua. Karena reuni di dunia maya itu praktis bisa dilakukan setiap harinya.
Adalah seorang pakar kesehatan holistik lulusan Universitas Harvard, Andrew Weil, pernah bilang bahwa perasaan bisa saling terhubung itu merupakan faktor utama bagi kesehatan dan kesejahteraan jiwa kita. Belum lagi potensi kehadiran kita di dunia maya menjadi monumen yang "abadi." Sekali kita memberikan kontribusi, dokumen dan pesan yang terekam di dunia maya itu secara teoritis mampu memberi manfaat kepada dunia. Nama kita pun, juga angkatan alumni kita, menjadi abadi karenanya.
Masih ada waktu untuk mengubah keadaan. Dengan cara saya sendiri, saya mencoba melakukan apa yang saya bisa. Terus bicara dan bicara, juga membelai, sambil mengharap perempuan cantik A69 itu bisa segera bangkit dari kondisi komanya.
Ada harapan tersembul. Semoga panggilan "bakti pada pertiwi" yang tergores dalam mars sekolah kita itu masih mampu menggetarkan nurani kita. Minimal dengan berbuat atau peduli dengan teman kita yang lain, sehingga kita semakin menghayati transformasi nilai-nilai yang terjadi pada diri kita pada tanggal 19 Januari 1967 itu pula.
Itulah hari pertama kita menanam cinta.
Untuk sekolah kita. Untuk para guru-guru kita.
Untuk teman-teman kita, yang masih bersama kita, atau pun
mereka yang telah mendahului kita. Untuk Wonogiri kita. Untuk Indonesia kita. Cinta kita itu tak akan terhapuskan sepanjang jaman.
SMP Negeri di Wonogiri
Nyata harum namamu
Tampaklah jasamu yang
besar
Karna semua usahamu
Menuju rakyat sempurna
sejati
Taman pendidikan
Membimbing menempa
perisai kita
Harapan Nusa bangsa
Reff :
Bahagia jaya
Kota Gandul yang permai
Bangga megah meninggi
Rakyat merasa.
Terus kan langkahmu
Guna mencapai
Cita-citamu yang suci
dan murni
Bakti pada Pertiwi.
Wonogiri, 19-21 Januari 2013
Label:
19 januari 1967,
46 tahun kemudian,
A69,
bambang haryanto,
hari pertama sekolah,
ingat teman,
niniek endang wuryani,
smp negeri 1 wonogiri,
sri hastuti
Langganan:
Postingan (Atom)